Kepemimpinan Dalam K3 itu sendiri bisa di sebut sebagai Safety Leadership dimana Kepemimpinan dalam K3 merupakan kunci yang sering terlupakan untuk keunggulan dalam kebanyakan aspek kehidupan. bahkan bisa Juga pada penerapan Sistem Manajemen K3 / SMK3/ OHSAS 18001/ ISO 45001. Aspek - aspek Leadership dalam Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (kepemimpinan dalam SMK3), ini tentu saja menjadi salah satu kunci yang sangat berperan. Bahkan bisa dikatakan tanpa kepemimpinan SMK3 itu sendiri hanyalah sebuah system yang tidak berjalan, semua dikerjakan hanya sekedar memenuhi sebuah persyaratan saja! Persoalan terbesar dalam penerapan K3 di tempat itu sendiri kerja sebenarnya bukanlah masalah finansial tapi pada masalah dimana kemampuan sumber daya manusia yang ada di lingkungan tempat kerja tersebut. Nah, Ada beberapa teori yang mengaitkan mengenai kemampuan ini dengan daya kepemimpinan dalam diri seseorang.
Menurut Scott Geller dalam bukunya berkata “The Psychology of Safety Handbook” mengatakan bahwa risiko terbesar K3 dalam suatu lingkungan kerja adalah ketiadaan kemampuan memimpin diri sendiri untuk mencapai prinsip-prinsip K3 itu sendiri. Ketiadaan kemampuan memimpin diri sendiri menurut Schein dalam bukunya yaitu Organizational Culture and Leadership, yang dimaksut adalah belum berkembangnya daya kepemimpinan seseorang menurut pola yang telah disusun, diatur, dan dijalankan oleh organisasi agar diikuti oleh seluruh anggotanya.
Ada benang merah yang menarik antara pandangan 2 teori Geller dan Schein yaitu tentang adanya Pattern (Pola), Habitualization (Pembiasaan), dan Measurement (Pengukuran).
Pattern (Pola)
Pola merupakan hal mendasar dan kritikal dalam membangun daya kepemimpinan seorang manusia. Pola kerap membangun persepsi lewat sistem kognitif manusia tersebut.
Dalam organisasi, salah satu pola yang dikembangkan adalah siklus Plan-Do-Check-Action (PDCA) ada juga pola yang dikembangkan misalnya just culture yaitu
(suatu pola yg menekankan aspek reporting hazard dan incident). Pola PDCA akan mengarahkan persepsi guna memicu daya kepemimpinan untuk melakukan perencanaan terlebih dahulu dalam kegiatan apapun terkait dengan K3(Plan), selanjutnya persepsi akan meminta daya kepemimpinan untuk menjelaskan perencanaan itu kepada semua pihak dan menjalankan bersama semua pihak tersebut (Do), Check akan mendorong persepsi untuk menjalankan daya kepemimpinan melakukan pengawasan, dan Action akan menekan persepsi supaya daya kepempinan bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi dan menentukan langkah perbaikan jika ada penyimpangan.
Habitualization (Pembiasaan)
Pembiasaan merupakan langkah kunci untuk membentuk kepemimpinan. Perilaku adalah salah satu aspek kepemimpinan yang tampak dan terukur. Bagaimana organisasi melakukan pembiasaan tersebut adalah melalui penciptaan rules, norm, dan mechanism.
Measurement (Pengukuran)
Daya kepemimpinan K3 seseorang merupakan hal yang bisa diukur, terutama pada sisi sikap dan perilakunya. Pengukuran terhadap yang paling sederhana adalah menggunakan pendekatan “Write what you do and Do what you write“. Pendekatan ini terasa sederhana sekali namun hampir semua perusahaan tidak ada yang mampu mencapai 100% mengenai hal tersebut. Bahkan yang terkadang yang fatal adalah apa yang tertulis justru itulah yang dilanggar sementara apa yang tidak tertulis itulah yang dijalankan. Kalau yang tidak tertulis kerap dijalankan maka sesungguhnya daya kepemimpinan K3 orang tersebut sedang menyiapkan bencana besar sebab perilaku dan sikap tidak bisa diukur dan bila perilaku dan sikap tersebut tidak bisa diukur maka jangan pernah berharap ada perbaikan (improvement) yang terjadi.